SejarahInternasional.com~~ Perang Saudara Korea meletus pada 25 Juni 1950, menjadi salah satu konflik besar yang mengguncang Asia dan dunia. Pembelahan Korea menjadi titik awal perang ini. Negara yang dulunya satu, kini terpecah menjadi dua ideologi yang saling bertentangan. Ketegangan yang ada antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, tetapi juga kekuatan besar dunia saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perebutan wilayah serta persaingan ideologi antara kapitalis dan komunis menjadi alasan utama di balik perang ini. Latar belakang konflik ini bisa ditelusuri jauh ke belakang, yaitu setelah Perang Dunia II berakhir.
Latar Belakang Terjadinya Perang Korea
Korea telah menjadi wilayah jajahan Jepang sejak tahun 1910. Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun 1945, Korea akhirnya dibebaskan oleh pasukan Sekutu. Namun, pembebasan ini tidak membawa kedamaian bagi tanah Korea. Sebaliknya, negara ini mulai terbagi menjadi dua wilayah yang sangat berbeda. Garis perbatasan paralel ke-38 membagi Korea menjadi dua, dengan Korea Selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat, dan Korea Utara berada di bawah pengaruh Uni Soviet.
Pembentukan Dua Negara yang Berseberangan
Korea Selatan kemudian membentuk negara yang beraliran liberal-kapitalis. Negara ini dipimpin oleh Syngman Rhee yang didukung penuh oleh Amerika Serikat. Di sisi lain, Korea Utara mengadopsi aliran sosialis-komunis dan dipimpin oleh Kim Il-sung yang didukung oleh Uni Soviet. Kedua negara ini memiliki ideologi yang sangat bertentangan dan menjadikan perbedaan ini sebagai salah satu penyebab utama ketegangan.
“Baca juga: Pertempuran Solferino: Latar Belakang Lahirnya Palang Merah Internasional”
Awal Mula Perang Korea
Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin meningkat. Sebelum perang besar terjadi, kedua negara sudah beberapa kali terlibat dalam pertempuran di sepanjang garis perbatasan. Namun, puncaknya terjadi pada 25 Juni 1950. Pada tanggal tersebut, Korea Utara, yang dipimpin oleh Kim Il-sung, melancarkan serangan besar-besaran ke Korea Selatan.
Korea Utara mengerahkan sekitar 75.000 tentara yang telah dilatih dan diperlengkapi oleh Uni Soviet. Invasi ini dilakukan dengan melintasi garis paralel ke-38, yang menjadi batas perbatasan kedua negara. Serangan mendadak ini membuat dunia terkejut, karena perang ini menjadi aksi militer pertama dalam era Perang Dingin.
Reaksi Dunia: Keterlibatan AS dan PBB
Amerika Serikat, yang mendukung Korea Selatan, segera bereaksi. Mereka menekan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan izin bagi pengiriman pasukan ke Semenanjung Korea. PBB kemudian memberikan izin tersebut, dan Amerika Serikat segera mengerahkan pasukan militer mereka untuk membantu Korea Selatan.
Namun, Presiden Amerika Serikat, Harry Truman, memilih untuk terlibat langsung dalam perang tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan Kongres atau PBB. Hal ini menjadi kontroversial karena untuk pertama kalinya AS terlibat dalam konflik militer besar tanpa deklarasi perang resmi. Truman berargumen bahwa AS tidak berperang, tetapi hanya membantu Korea Selatan yang diserang oleh “bandit” dari Korea Utara.
Keterlibatan Uni Soviet dan China
Di sisi lain, Uni Soviet mendukung Korea Utara. Mereka menyediakan berbagai bantuan termasuk pasokan senjata dan pelatihan pasukan. Bahkan, mereka mengirimkan beberapa pilot. Para pilot terlibat langsung dalam pertempuran melawan pasukan PBB. Pasukan PBB didukung oleh Amerika Serikat. Selain itu, China juga ikut terlibat dalam konflik ini. China memberikan dukungan besar kepada Korea Utara. Dukungan itu baik dari segi pasukan maupun logistik.
Pada tahun 1951, setelah beberapa bulan pertempuran sengit, pihak yang terlibat mulai melakukan negosiasi. Namun, negosiasi yang dilakukan hanya berkutat pada masalah tawanan perang. Pihak Korea Utara dan China bersikeras agar para tawanan perang yang berasal dari Korea Utara pulang. Sementara itu, sejumlah tawanan perang yang pasukan Amerika Serikat tangkap tidak ingin kembali ke negara asal mereka. Mereka memilih untuk mengungsi karena merasa takut akan pembalasan jika mereka kembali ke negara mereka. Mereka juga merasa lebih aman di negara lain.
Pertukaran Tawanan dan Proses Gencatan Senjata
Proses pertukaran tawanan perang berlangsung cukup lama. Akhirnya, pada tahun 1953, lebih dari 75.000 tawanan kembali ke negara asal mereka. Namun, lebih dari 22.000 tawanan memilih untuk membelot dan mencari perlindungan di tempat lain. Meskipun berbagai upaya menyelesaikan konflik ini, tidak ada perdamaian yang tercapai antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Pada 27 Juli 1953, Korea Utara, China, dan Amerika Serikat akhirnya menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun, Korea Selatan menolak menandatangani perjanjian tersebut. Pembagian Korea yang tidak seimbang menjadi alasan utama ketidaksetujuan Korea Selatan. Sehingga meski pertempuran fisik sudah berhenti, secara politik dan hukum kedua negara ini tetap dalam keadaan perang. Mereka terus bersiaga dan saling mengawasi dan terus memperkuat militer mereka. Mereka tidak pernah benar-benar mencapai perdamaian.
“Simak juga: Mengungkap Sejarah Partai Nazi: Dari Kelahiran hingga Kejatuhan di Bawah Hitler”
Dampak Perang Korea
Perang Korea berlangsung antara tahun 1950 hingga 1953 dan menelan korban jiwa yang sangat besar. Sekitar 40.000 tentara Amerika Serikat dan 46.000 tentara Korea Selatan tewas dalam konflik ini. Di kubu Korea Utara dan China, jumlah korban jauh lebih tinggi. Tercatat 215.000 tentara Korea Utara dan sekitar 400.000 tentara China tewas dalam perang tersebut. Selain itu, banyak warga sipil menjadi korban serangan bom dan senjata kimia yang orang-orang gunakan dalam pertempuran.
Selain korban jiwa, perang ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang sangat besar di kedua negara. Kota-kota di sepanjang garis perbatasan mengalami kehancuran parah akibat pertempuran. Rumah-rumah hancur, jalan-jalan rusak, dan sumber daya alam terpuruk. Konflik ini meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Korea dan menjadi pengingat tentang betapa berbahayanya persaingan ideologi di kancah internasional. Orang-orang menyaksikan kehancuran kota-kota mereka. Mereka melihat keluarga dan teman-teman mereka tewas. Mereka juga kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian mereka. Perang Korea meninggalkan bekas yang mendalam pada jiwa rakyat Korea.
Pembelahan Korea yang Abadi
Meskipun pertempuran berakhir pada tahun 1953, orang-orang tetap membelah Korea Selatan dan Korea Utara hingga kini. Kedua negara ini memiliki pemerintahan yang sangat berbeda dan terus menjalani jalur yang berbeda pula. Korea Selatan, yang dipengaruhi oleh ideologi kapitalis, telah menjadi negara maju dengan ekonomi yang kuat. Di sisi lain, Korea Utara yang beraliran sosialis-komunis tetap tertutup dan terisolasi dari dunia internasional.
Hingga hari ini, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih sangat tegang. Perbedaan ideologi dan sejarah panjang konflik membuat rekonsiliasi antara kedua negara sangat sulit tercapai. Meskipun terdapat upaya-upaya perdamaian dan perundingan, kenyataannya Korea masih terbagi dua, dengan hubungan yang penuh ketegangan dan ketidakpastian. Mereka terus membangun kekuatan militer dan saling curiga. Mereka juga sering kali meluncurkan pernyataan-pernyataan yang provokatif. Hal ini membuat mereka tidak pernah mencapai kesepakatan damai yang permanen.