Sejarah Partai Nazi

Mengungkap Sejarah Partai Nazi: Dari Kelahiran hingga Kejatuhan di Bawah Hitler

SejarahInternasional.com~~ Sejarah Partai Nazi dimulai pada awal abad ke-20 di Jerman, di tengah ketidakstabilan yang mengikut setelah Perang Dunia I. Partai yang pada awalnya bernama Partai Buruh Jerman ini kemudian berubah menjadi Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman (NSDAP), atau lebih dikenal dengan nama Partai Nazi. Dipimpin oleh Adolf Hitler, partai ini tumbuh pesat dan berhasil memegang kendali atas negara Jerman pada tahun 1933. Perjalanan Partai Nazi penuh dengan propaganda, kekerasan, dan ambisi untuk mengubah struktur dunia melalui kebijakan yang penuh kebencian, terutama terhadap orang Yahudi.

Di bawah pimpinan Hitler, Partai Nazi berkembang menjadi kekuatan politik yang dominan. Melalui ideologi nasionalisme ekstrem dan rasisme yang mendalam, mereka meraih dukungan luas dan akhirnya mengambil alih pemerintahan Jerman. Namun, kekuasaan yang mereka peroleh dengan cara kekerasan dan manipulasi politik, membawa negara tersebut ke dalam masa-masa kelam yang berujung pada kehancuran total saat Perang Dunia II.

Berdirinya Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman

Pada akhir Perang Dunia I, Jerman berada dalam kondisi yang sangat buruk. Kekalahan Jerman dalam perang dunia pertama memicu gejolak politik yang hebat di negara tersebut. Masyarakat Jerman mengalami frustasi, yang semakin menguatkan semangat nasionalisme dan rasisme. Kelompok-kelompok ini menyalahkan orang Yahudi atas kekalahan yang mereka alami dan juga menentang pemerintahan baru Republik Weimar serta Perjanjian Versailles.

Pada 5 Januari 1919, Anton Drexler mendirikan Partai Buruh Jerman. Drexler adalah seorang nasionalis. Ia memiliki pandangan antisemit, anti-monarkis, dan anti-Marxis. Ia meyakini superioritas bangsa Jerman sebagai ras Arya. Ia ingin membangun Jerman yang kuat dan berdaulat.

Tidak lama setelah itu, Adolf Hitler bergabung dengan partai tersebut pada September 1919. Hitler segera menjadi pemimpin propaganda. Ia menggunakan kemampuan retorikanya untuk menarik perhatian publik dan memperluas pengaruh partai. Ia menyelenggarakan rapat umum, menerbitkan brosur, dan menulis artikel untuk menyebarkan ideologi partai. Ia mengubah nama partai menjadi Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman (Nazi).

Hitler dan Drexler bekerja sama untuk memperkuat partai. Mereka merekrut anggota baru, membangun organisasi sayap, dan membentuk program politik. Mereka memanfaatkan kekacauan politik dan ekonomi di Jerman pasca-Perang Dunia I untuk menarik dukungan masyarakat. Namun mereka berjanji memulihkan kejayaan Jerman dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi negara.

Hitler segera menjadi tokoh yang dominan dalam partai. Ia memiliki karisma dan kemampuan kepemimpinan yang kuat. Ia mengorganisir partai dengan baik dan menjadikannya kekuatan politik yang signifikan di Jerman. Ia menggunakan propaganda yang efektif dan pidato-pidato yang berapi-api untuk memobilisasi massa. Ia berhasil membangun kultus individu di sekitarnya dan menjadi pemimpin yang sangat populer.

“Baca juga: Melihat Kembali Perang Salib: Antara Keagamaan dan Kekuasaan”

Perubahan Nama dan Awal Karir Hitler

Pada 1920, Partai Buruh Jerman mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman, yang dikenal dengan nama Partai Nazi. Dengan kepemimpinan Hitler yang semakin mencolok, partai ini mulai mendapatkan lebih banyak pengikut.

Hitler dengan cemerlang memanfaatkan situasi kacau pasca-perang di Jerman untuk menarik perhatian publik. Dalam setiap pidatonya, Hitler mengkritik keras Perjanjian Versailles dan mengecam orang Yahudi sebagai penyebab kesulitan Jerman. Pada tahun 1921, Hitler menjadi ketua Partai Nazi dan mulai membangun kekuatan partai yang semakin besar.

Pemberontakan Beer Hall dan Penjara

Pada tahun 1923, Jerman mengalami krisis ekonomi parah. Partai Nazi melihat ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan kekuasaan. Hitler dan para pengikutnya merencanakan merebut kekuasaan dengan melakukan kudeta. Mereka mencoba menculik para pemimpin pemerintahan Bavaria dan memaksa mereka mengangkat Hitler sebagai pemimpin baru. Pada 8 November 1923, Hitler memimpin pemberontakan yang dikenal dengan “Beer Hall Putsch” di Munich.

Namun, pemberontakan ini gagal. Tentara Jerman melawan pasukan Nazi, dan mereka menangkap Hitler. Akibatnya, mereka menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada Hitler. Meskipun begitu, Hitler hanya menjalani sembilan bulan penjara dan mulai merencanakan membangun kembali Partai Nazi.

Selama di penjara, Hitler menulis buku “Mein Kampf” yang berisi ideologi dan rencana politiknya. Buku ini menjadi dasar bagi gerakan Nazi di masa depan. Setelah bebas dari penjara, Hitler memanfaatkan krisis ekonomi dan ketidakstabilan politik di Jerman untuk memperkuat Partai Nazi. Ia menggunakan propaganda yang efektif dan pidato-pidato yang berapi-api untuk menarik dukungan masyarakat.

Hitler dan para pengikutnya berjanji memulihkan kejayaan Jerman dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi negara. Mereka memanfaatkan ketakutan dan kemarahan masyarakat untuk mendapatkan dukungan. Partai Nazi berhasil memenangkan banyak kursi di parlemen dan Hitler diangkat menjadi Kanselir Jerman pada tahun 1933. Ia kemudian menggunakan kekuasaannya untuk mengubah Jerman menjadi negara totaliter dan memulai Perang Dunia II.

Kebangkitan Partai Nazi

Setelah keluar dari penjara, Hitler mulai merencanakan jalan untuk memperoleh kekuasaan melalui jalur politik. Pada pemilihan umum Jerman 1932, Partai Nazi meraih 230 kursi dari 608 kursi di Parlemen. Pada tahun yang sama, Hitler diangkat sebagai Kanselir Jerman oleh Presiden Paul von Hindenburg. Ini menjadi awal dari masa kekuasaan Nazi yang berlangsung hingga 1945.

Setelah menjadi Kanselir, Hitler mengubah Jerman menjadi negara totaliter dengan Partai Nazi sebagai satu-satunya kekuatan politik. Dalam waktu singkat, Hitler berhasil mendirikan pemerintahan yang mengendalikan setiap aspek kehidupan masyarakat Jerman.

Pemerintahan Nazi dan Ideologi Rasis

Sejak tahun 1933, Partai Nazi menjadi partai tunggal di Jerman. Hitler menguasai negara tersebut dan mulai menerapkan kebijakan yang sangat radikal dan rasis. Dalam pandangan Nazi, bangsa Jerman dianggap sebagai ras unggul. Oleh karena itu, mereka meyakini bahwa mereka memiliki hak untuk mendominasi bangsa lain. Sebaliknya, kaum Yahudi, orang cacat mental, dan komunis dianggap sebagai ras inferior yang harus dimusnahkan. Akibatnya, mereka menjadi sasaran utama kebijakan genosida Nazi. Selain itu, pandangan ini juga memengaruhi kebijakan Nazi terhadap kelompok-kelompok lain seperti orang Romani dan homoseksual. Dengan demikian, ideologi rasial Nazi menjadi dasar bagi tindakan-tindakan kejam yang mereka lakukan selama Perang Dunia II.

Hitler mulai melakukan serangan terhadap minoritas Yahudi di Jerman. Kebijakan diskriminatif diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, dan kampanye anti-Yahudi menjadi semakin intensif. Hal ini memuncak pada peristiwa Holocaust, yang merupakan genosida terhadap enam juta orang Yahudi di Eropa pada masa Perang Dunia II.

“Simak juga: Menyingkap Misteri Teluk Guanabara: Apakah Romawi Tiba di Brazil?”

Ekspansi dan Perang Dunia II

Pada paruh kedua 1930-an, Jerman mulai menginvasi negara-negara tetangga. Austria, Cekoslowakia, dan Polandia menjadi sasaran ekspansi Nazi. Kebijakan luar negeri Nazi memicu Perang Dunia II pada 1939. Perang ini melibatkan hampir seluruh negara di dunia dan berlangsung hingga 1945.

Selama enam tahun pertama pemerintahannya, kebijakan luar negeri Hitler menyebabkan ketegangan internasional yang semakin memburuk. Invasi Nazi ke negara-negara Eropa menyebabkan kehancuran besar dan membunuh jutaan orang.

Pembubaran Partai Nazi

Pada 1944, mulai muncul upaya terorganisir dari kalangan dalam untuk menggulingkan Hitler. Namun, perjuangan tersebut tidak berhasil hingga akhir Perang Dunia II. Pada 30 April 1945, Adolf Hitler melakukan bunuh diri di bunker bawah tanahnya di Berlin, setelah Jerman kalah dalam perang.

Pasukan Sekutu yang mengalahkan Nazi kemudian menguasai Jerman. Mereka melarang Partai Nazi dan menganggapnya sebagai organisasi kriminal. Banyak pemimpin Nazi yang dihukum karena kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan selama periode kekuasaan mereka. Kejahatan-kejahatan tersebut mencakup penganiayaan terhadap Yahudi, serta pelanggaran hak asasi manusia yang tidak terhitung jumlahnya.